Rabu, 19 Maret 2014

Cerpen ~ Gadis Mawar

Malam memberikan ketenangan, Penghangatan pada setiap insan yang ada di sini, Ya bisa di bilang malam pengakraban. Suatu organisasi yang mulai ku jejaki, Aku putri, seorang gadis yang sangat suka dengan mawar. Tapi di ruang ini aku tak menemukan mawar. Yang ku temukan hanya cenda gurau sang teman baru. Ya,,,, kita berasal dari berbagai penjuru daerah, Dari berbagai penjuru jurusan, dan dengan basic fakultas yang berbeda-beda pula. Tapi keberagaman ini membuat ruangan ini sungguh berwarna. Tak hanya warna merah, yang selalu ada dalam hari ku. Tawa, nyanyian riang itu menggema di ruang ini. Semua orang tampak ceria. Atau mungkin tidak.
Di sudut mata ini. Pertama kalinya aku menangkap sosok diri mu, di ujung ruang ini.
“Hei…”
“Kenapa muka mu gitu??? Apa yang terjadi dengan mu??”
“emang muka ku kenapa??”
“Liat sekeliling mu, semua nya tampak bahagia, tapi kamu tidak. Adakah sesuatu yang mengganggu mu??”
Pembicaraan pun berlanjut. Hingga kini aku tahu bahwa dia bernama  Bayu. Seorang pria yang dingin berasal dari Lombok. Ya dia memang dingin. Senyum pun bahkan tidak. Tapi peekenalan kita terasa hangat, karena itulah pertama kalinya aku melihat senyum nya.
Di suatu pagi, di saat orang-orang sedang sibuk untuk berkemas. Berlarian ke sana – ke mari. Truk yang telah di tunggu dari satu jam yang lalu pun datang. Barang-barang yang telah menumpuk di sekre selama beberapa minggu ini pun segera di evakuasi ke truk ini.
“Hati-hati di jalan ya put,” sapa sahabat baru ku di organisasi ini. Nina namanya.
“iya nin, doa kan semoga perjalanan ku berkah ya, dan bisa meringankan beban orang-orang di sana.”
Perjalanan ku pun ku lanjutkan. Dengan beberapa rombongan teman-teman ku yang kini berstatus relawan bencana. Seperti kota mati. Bagai film black and white. Dimana – mana hanya ada hamparan abu vulkanik.
“Selamat datang. Kalian tim evakuasi dari jogja ya? Salam kenal saya Hasan Ketua Dusun sini.”
Sapaan ramah dari beliau menyambut kami.
“Oh ya, kalian bisa menaruh barang-barang kalian di sana (sambil menunjuk sebuah ruangan di tengah SD ini), yang perempuan bisa langsung ke dapur umum di sana, ibu-ibu sedang memasak untuk makan siang kami. Yang ahli medis bisa ikut saya, kita akan naik lagi untuk melakukan evakuasi di atas. Masih ada beberapa warga yang terjebak di atas. “
Gunung ini sungguh luar biasa mengeluarkan lahar panas nya. Aku pun kini ikut menaiki mobil jeep. Dengan perbekalan ku selaku tim medis menemani para relawan yang akan mengevakuasi beberapa penduduk di atas. Langkah-langkah kecil ini pun kini harus berjalan. Karena mobil tak memungkinkan masuk ke daerah hutan itu. Entah lah, aku hanya berpikir kenapa mereka betah dan bisa hidup di tengah hutan ini.
“Put, kau lelah ya?”
“tidak, aku kuat kok Bay, kamu tak usah mengkhawatirkan aku.”
“sudah kita istirahat dulu saja.” Lanjut ahmad penduduk sana.
Di sudut mata ini, aku melihat sesuatu yang taka sing bagi ku.
Ya pohon mawar. Pohon yang menghiasi hidup ku. Sungguh indah, tapi tunggu kenapa di sini berwarna merah semua?
“Put, kau tak kenapa?” sapa pak Dika pemimpin tim ini
“eeehhmmm (sambil membuka mata)”
“Dia mulai sadar, beri sedikit air”
“perjalanan ini berat, tapi kau harus bisa put.” Ku dengar dari suara Bayu.
“Dia seperti nya kekurangan oksigen (tempat ini memang sudah pekat sekali bau belerangnya), berikan tabung oksigen.”
Dan kini aku benar-benar sadar, di posko kesehatan. Aku yang seharusnya merawat malah terawatt. Bagai mengukutuk diri sendiri kenapa aku bisa – bisanya pingsan.
Wangi ini, ku mulai benar-benar membuka mata ini. Ya halusinasi ini lagi.
“Put. Ini ada parfum mawar kesukaan mu biar kau cepat sadar.”
Suara lelaki itu…
“Put, kau harus benar-benar jadi mawar ini ya.”
Beberapa hari berlalu. Hingga kini pun aku sudah berada di kota jogja lagi. Kini aku terngiang dengan suara laki-laki itu. Tapi aku masih belum mengetahui siapa dia. Tapi, bros mawar ini selalu aku pakai. Apakah dia? Apakah dia bayu? Benak ku dalam hati. Kulihat Bayu dengan pawakan tenang dan dingin nya ada di depan ku.
“Mungkin ada yang ditambahi dari hasil rapat kali ini” ungkap kak Tian sebelum menutup rapat ini.
Di tengah hamparan taman ini, di temani sepucuk surat yang beberapa tahun lalu sempat membuat ku tak tenang. Surat yang ku temukan saat ku bongkar isi tas ku ketika jadi relawan itu. Bersama bros mawar yang selalu menghiasi jilbab ku ini.
“Hei mawar. Apakah kau sudah benar-benar seperti mawar? Indah di pandang, harum wangi nya, selalu di rindu, tapi kau tak dapat disentuh sembarangan, ya kau lah mawar bagi ku. Sejak perjumpaan kita, di pendopo itu. Indah nya diri mu, tak kau berikan kepada semua orang. Damai nya senyum mu bagai wangi nya mawar yang selalu meganggu hidup ku. Akankah kau mau untuk aku tanam dan ku pelihara serta ku rawat untuk menumbuhkan mawar-mawar yang lain dihidup ini ?”
Suara pria itu. Tapi dia bukan Bayu yang beberapa tahun lalu ku duga.


Baru sekedar mencoba membuat Cerpen. Dan ini adalah cerpen pertama yang berhasil ku tuliskan.


ANSD_171295

6 komentar:

  1. Ini pengalaman pribadi atau?

    BalasHapus
    Balasan
    1. atau apa bang???
      kira" gimana cerpen nya??
      komentarin cerpen nya :D

      Hapus
  2. percakapannya terlalu bergaya sastra klasik :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah iya kah mas???
      padahal aku pun tidak terlalu mengerti tentang sastra klasik,,, :3

      Hapus
    2. Misalnya ini : "“Liat sekeliling mu, semua nya tampak bahagia, tapi kamu tidak. Adakah sesuatu yang mengganggu mu??” dalam kehidupannya nyata kan ya nggak gini amat hehehe, dibikin lebih pop bagus, lebih real.

      Hapus
  3. kalau kehidupan nyata gitu pengungkapan secara langsung tanpa basa-basi ya,,,
    gitu kah?
    lebih pop??
    huah kayaknya aku perlu berguru ke kamu deh mas,,,, :D

    BalasHapus