Minggu, 23 Februari 2014

"Apakah Semakin Intelektual Semakin tak Nasionalisme?"

Di sini,, di tempat sekarang ku berpijak,
Di bumi ini, di bumi ibu pertiwi ku,
Tempat di mana pertama kali ku membuka mata,
Pertama kali ku bernafas,
Pertama kali ku menangis,
Dan tempat yang akan menjadi perjalanan ku,
Setelah ku tempuh sesi perjalanan penciptaan ku,
Memulai dengan tubuh yang tak berdaya,
Hingga kini ku dapat berdiri sendiri,
                Kini ku berdiri di sini,
Di atas bumi pertiwi,
Tempat yang telah mengijinkan aku untuk mampir dalam dunia fana ini,
Di sini, di saat aku masih belum mengerti apa-apa,
Di institusi pendidikan, aku diajarkan tentang rasa,
Sebuah rasa cinta,
Cinta kepada ibu pertiwi,
Sebuah rasa sayang,
Rasa sayang tuk bumi yang katanya ini zamrud khatulistiwa,
Sebuah rasa nasionalisme,
Rasa nasionalisme yang katanya tuk negeri keragaman ini,
Tempat ini,
Tempat yang mengenalkan aku tentang lagu-lagu kebangsaan,
Kini ku lalui perjalanan hidup ini,
Hingga aku kini berada di tempat baru,
Di tempat selanjutnya,
Di tempat di ajarkan nya aku untuk mulai mengenal sebuah ilmu yang beragam,
Tentang apa yang terjadi di dunia ini,
Kemudian, aku melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya,
Tempat dimana aku mulai memperdalam tentang alam, social, bahasa,
Tapi,,,, mau kemana perjalanan mu selanjutnya???
Kau bisa memilih di sini !!
Hai kawan,,,
Kini kita telah melewati segala macam prosesi dalam hidup,
Prosesi yang katanya harus dilakukan,
Tapi apa yang kau dapat ??
Apa yang kah rasa cinta mu bertambah??
Atau berkurang??
Atau kau hanya ingin menjadi “Kaum Intelektual tak Nasionalisme” ???
Perjalanan ini masih panjang,
Di sini, lihat lah ke sekitar mu,
Kau berhak menentukan pilihan mu!
Melanjutkan perjalanan mu untuk institusi pendidikan,
Atau kau terbang sesuai angina yang mengalir,
Di sini ku memilih untuk yang pertama,
Kini aku ada di disini,
Di tempat yang lebih mengenalkan ku tentang dunia fana ini,
Prosesi-prosesi kebesaran Tuhan,
Yang membuat aku tertunduk malu,
Hhhhhhmmmm
Tempat yang membuat kami semakin berhak untuk di sebut kaum intelektual,
Tapi, justru di sini aku bertanya,
apakah semakin intelektual akan semakin tak nasionalisme?”
Malu harga diri bangsa ini,
Banyak yang melanjutkan untuk bisa di bilang kaum intelektual,
Tapi dasar-dasar bangsa ini tak tahu,
Lima sila yang seharusnya menjadi pedoman hidup mulai terabaikan,
Terabaikan dengan kaum-kaum yang mengakui diri nya intelektual,
Yang mengakui dirinya nasionalis,
Yang mengakui diri nya cinta dengan sepenuh hati,
Jika bumi tempat ini berpijak bisa mengungkapkan hati
Dia akan berbicara
“Bohong!!!!
Kalian semua hanya bermanis kata,
Lihat!
Siapa yang memainkan negeri ini??
Siapa yang ada di belakang??
Dengan renana-rencana busuk kalian!
Harusnya kalian malu,,
Kaum intelektual yang hanya memikirkan diri sendiri,
Membuat sebuah system yang menyakitkan ku untuk rakyat mu patuhi!
                derai air mata dari bumi inimulai mengalir
salah apa aku kepada kalian?
Ku ijinkan kalian tinggal di sini, bermain di sini,
Jika kalian tau,
Sungguh bangga ketika melihat masa kecil kalian,
Sungguh menyenangkan melihat cita-cita tulus dari kalian,
Bernyanyi tentang aku, mengagungkan aku,
Tapi kini apa yang harus ku lihat?
Banyak dari kalian mulai mengiblat ke bumi lain
Kalian bagai PEMBOHONG BESAR!”
                Hhhhhmmm
                Banyak pergerakan yang mulai di lakukan,
Apakah benar ini semata-mata hanya ibu pertiwi???
Atau yang dikatakan di atas lah yang benar??
Miris ya, jika tahu yang menghancurkan negeri ini adalah kaum yang ngakuinya intelektual,
Mengenyam pendidikan setinggi mungkin hanya untuk menghancurkan bumi ini??
Sadar kalian!!!
Kalian harus nya tau malu!!
Lakukan pergerakan ini dengan ikhlas,
Harusnya kalian satu kan tujuan,
Tujuan tuk rakyat, bukan tuk kaum kalian!
Banyak politik yang kalian mainkan!
Untuk memperbesar komunitas kalian!
terlalu banyak mulut manis yang kalian sebarkan!
Bersandar di tempat ini,
Masih menanyakan apakah pantas
“Kaum Intelektual tak Nasionalisme?”
Semoga saja tidak,
Ya itu yang ku harap,
Seharusnya, semakin banyak yang melanjutkan prosesi ini,
Prosesi untuk terus belajar memperdalam ilmu,
Ibu pertiwi harus lebih terobati bukan tersakiti,

Sekedar sebuah pencerminan diri
Untuk para mahasiswa/I bahwa bangsa ini butuh ketulusan hati kalian,
Bukan penyebaran kata-kata manis,
Semoga para intelektual tak seperti yang dibicarakan di atas,
Kita satukan jalan bergandengan tangan menuju ke satu tujuan,
Menyembuhkan luka untuk ibu pertiwi ini,
Hidup Mahasiswa Indonesia!

Hidup Rakyat Indonesia!

ANSD_171295

Tidak ada komentar:

Posting Komentar