Di sini,, di tempat sekarang ku berpijak,
Di bumi ini, di bumi ibu pertiwi ku,
Tempat di mana pertama kali ku membuka mata,
Pertama kali ku bernafas,
Pertama kali ku menangis,
Dan tempat yang akan menjadi perjalanan ku,
Setelah ku tempuh sesi perjalanan penciptaan ku,
Memulai dengan tubuh yang tak berdaya,
Hingga kini ku dapat berdiri sendiri,
Kini ku
berdiri di sini,
Di atas bumi pertiwi,
Tempat yang telah mengijinkan aku
untuk mampir dalam dunia fana ini,
Di sini, di saat aku masih belum
mengerti apa-apa,
Di institusi pendidikan, aku
diajarkan tentang rasa,
Sebuah rasa cinta,
Cinta kepada ibu pertiwi,
Sebuah rasa sayang,
Rasa sayang tuk bumi yang katanya
ini zamrud khatulistiwa,
Sebuah rasa nasionalisme,
Rasa nasionalisme yang katanya tuk
negeri keragaman ini,
Tempat ini,
Tempat yang mengenalkan aku tentang lagu-lagu kebangsaan,
Kini ku lalui perjalanan hidup ini,
Hingga aku kini berada di tempat baru,
Di tempat selanjutnya,
Di tempat di ajarkan nya aku untuk mulai mengenal sebuah
ilmu yang beragam,
Tentang apa yang terjadi di dunia ini,
Kemudian, aku melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya,
Tempat dimana aku mulai memperdalam tentang alam, social,
bahasa,
Tapi,,,, mau kemana perjalanan mu selanjutnya???
Kau bisa memilih di sini !!
Hai kawan,,,
Kini kita telah melewati segala
macam prosesi dalam hidup,
Prosesi yang katanya harus dilakukan,
Tapi apa yang kau dapat ??
Apa yang kah rasa cinta mu
bertambah??
Atau berkurang??
Atau kau hanya ingin menjadi “Kaum Intelektual tak Nasionalisme” ???
Perjalanan ini masih panjang,
Di sini, lihat lah ke sekitar mu,
Kau berhak menentukan pilihan mu!
Melanjutkan perjalanan mu untuk institusi pendidikan,
Atau kau terbang sesuai angina yang mengalir,
Di sini ku memilih untuk yang pertama,
Kini aku ada di disini,
Di tempat yang lebih mengenalkan ku
tentang dunia fana ini,
Prosesi-prosesi kebesaran Tuhan,
Yang membuat aku tertunduk malu,
Hhhhhhmmmm
Tempat yang membuat kami semakin berhak untuk di sebut kaum
intelektual,
Tapi, justru di sini aku bertanya,
“apakah semakin intelektual akan semakin tak nasionalisme?”
Malu harga diri bangsa ini,
Banyak yang melanjutkan untuk bisa
di bilang kaum intelektual,
Tapi dasar-dasar bangsa ini tak
tahu,
Lima sila yang seharusnya menjadi
pedoman hidup mulai terabaikan,
Terabaikan dengan kaum-kaum yang
mengakui diri nya intelektual,
Yang mengakui dirinya nasionalis,
Yang mengakui diri nya cinta dengan
sepenuh hati,
Jika bumi tempat ini berpijak bisa
mengungkapkan hati
Dia akan berbicara
“Bohong!!!!
Kalian semua hanya bermanis kata,
Lihat!
Siapa yang memainkan negeri ini??
Siapa yang ada di belakang??
Dengan renana-rencana busuk kalian!
Harusnya kalian malu,,
Kaum intelektual yang hanya memikirkan diri sendiri,
Membuat sebuah system yang menyakitkan ku untuk rakyat mu patuhi!
derai air
mata dari bumi inimulai mengalir
salah apa aku kepada kalian?
Ku ijinkan kalian tinggal di sini, bermain di sini,
Jika kalian tau,
Sungguh bangga ketika melihat masa kecil kalian,
Sungguh menyenangkan melihat cita-cita tulus dari kalian,
Bernyanyi tentang aku, mengagungkan aku,
Tapi kini apa yang harus ku lihat?
Banyak dari kalian mulai mengiblat ke bumi lain
Kalian bagai PEMBOHONG BESAR!”
Hhhhhmmm
Banyak pergerakan
yang mulai di lakukan,
Apakah benar ini semata-mata hanya
ibu pertiwi???
Atau yang dikatakan di atas lah
yang benar??
Miris ya, jika tahu yang
menghancurkan negeri ini adalah kaum yang ngakuinya intelektual,
Mengenyam pendidikan setinggi
mungkin hanya untuk menghancurkan bumi ini??
Sadar kalian!!!
Kalian harus nya tau malu!!
Lakukan pergerakan ini dengan ikhlas,
Harusnya kalian satu kan tujuan,
Tujuan tuk rakyat, bukan tuk kaum kalian!
Banyak politik yang kalian mainkan!
Untuk memperbesar komunitas kalian!
terlalu banyak mulut manis yang kalian sebarkan!
Bersandar di tempat ini,
Masih menanyakan apakah pantas
“Kaum Intelektual tak
Nasionalisme?”
Semoga saja tidak,
Ya itu yang ku harap,
Seharusnya, semakin banyak yang
melanjutkan prosesi ini,
Prosesi untuk terus belajar
memperdalam ilmu,
Ibu pertiwi harus lebih terobati
bukan tersakiti,
Sekedar sebuah pencerminan diri
Untuk para mahasiswa/I bahwa bangsa ini butuh ketulusan hati
kalian,
Bukan penyebaran kata-kata manis,
Semoga para intelektual tak seperti yang dibicarakan di
atas,
Kita satukan jalan bergandengan tangan menuju ke satu
tujuan,
Menyembuhkan luka untuk ibu pertiwi ini,
Hidup Mahasiswa Indonesia!
Hidup Rakyat Indonesia!
ANSD_171295
ANSD_171295